Rabu, 12 April 2017

Review Tafsir al-Kasya

  • A.      Biografi Az Zamakhsyari
Abdul Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar Al Zamakhsyari adalah nama lengkap Az Zamakhsyari pengarang kitab tafsir Al Kasysyaf. Dia dilahirkan di Zamakhsyar, sebuah kota di Khawarizmi, pada hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H atau 18 Maret 1075 M, pada masa pemerintahan Sultan Jalaluddin Abi al Fath Maliksyah. Pada masa pemerintahan tersebut dibantu oleh seorang wazir yang bernama Nizam al Mulk yang terkenal sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dia membentuk sebuah kelompok diskusi yang maju dan banyak dihadiri oleh para ilmuwan.
Pada usia remaja, al Zamakhsyari mencari ilmu dengan merantau ke Bukhara. Akan tetapi ketika ayahnya meninggal, ia kembali ke Zamakhsyar. Dia di sana kembali menuntut ilmu kepada seorang ulama terkemuka dari Khawarizm. Dengan bimbingan ulama terkemuka yang bernama Abu Mudar an Nahwi (w. 508 H) tersebut al Zamakhsyari dapat menguasai bahasa dan sastra Arab, logika, filsafat, dan ilmu kalam.[1]
Al Zamakhsyari adalah orang yang juga tertarik pada kedudukan pemerintahan. Hal ini mendorongnya untuk pindah ke Khurasan karena dia merasa di kota sebelumya dia tidak memperoleh perhatian dalam pemerintahan. Seperti yang diharapkannya, di Khurasan ia mendapat sambutan yang sangat baik. Di sana ia diangkat menjadi sekretaris. Akan tetapi al Zamakhsyari belum puas dengan jabatan tersebut, hal ini yang menyebabkan kemudian pindah ke Isfahan, kota pusat pemerintahan.
Bila dilihat dari riwayat perjalanan hidupnya, al Zamakhsyari kurang beruntung dalam mewujudkan keinginannya dalam hal pemerintahan. Hal ini diperkirakan karena adanya dua hal, yaitu pertama, karena al Zamakhsyari adalah salah satu tokoh yang berpaham mu’tazilah yang pada umumnya kurang disenangi oleh kalangan non-mu’tazilah, terutama ketika ia menyeberkan pahamnya tersebut. Sedangkan perkiraan yang kedua yaitu karena ada kekurangan pada fisik al Zamakhsyari yang hanya memiliki satu kaki.
Kemudian pada tahun 512 H, Al Zamakhsyari mulai terserang penyakit. Ia kemudian memutuskan untuk pindah ke Baghdad. Di sana ia mengikuti kajian hadits oleh Abu al Khaththab al Bathr Abi Sa’idah asy Syafani, Abi Mansur al Harisi. Selain itu juga mengikuti pengajian fiqih oleh ahli fiqih Hanafi, al Damaghani al Syarif ibn al Syajari. Ia benar-benar ingin kembali mendekatkan diri pada Allah dan menjauhi pemerintahan. Dalam usianya yang telah lanjut ia sering mengunjungi Makkah dan dalam kunjungannya yang kedua, ia memutuskan untuk menetap di sana, bertetangga di sebelah Baitullah sehingga ia mendapat gelar Jar Allah.
Beberapa tahun kemudian ia pergi lagi ke Baghdad selanjutnya ke Khawarizmi. Lalu beberapa tahun setelah kembali ke kampung halamannya, ia wafat di Jurjaniyah pada tanggal 256-259 H atau 1132-1135 M. Dalam hidup, sebagian besar waktunya diabdikan untuk ilmu dan menyebarkan paham mu’tazilah.
B.     Al Kasysyaf Secara Lebih Mendalam
1.      Latar Belakang Penulisan
Kitab tafsir yang berjudul lengkap Al-Kasysyaf ‘an Haqaiq Ghawamid At-Tanzil Wa ‘Uyun Al-Aqawil Fi Wujuh At-Ta’wil ini disusun oleh Az-Zamakhsyari selama tiga tahun, mulai dari tahun 526 H sampai dengan tahun 528 H, di Makkah al-Mukarramah. Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa lama penyusunan kitabnya sama dengan lama masa pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq.
Berawal dari permintaan suatu kelompok mu’tazilah yang menamakan dirinya al Fiah al Najiah al ‘Adliyah yang meminta untuk disusunnya sebuah kitab tafsir, kitab tafsir ini kemudian mendapatkan banyak sambutan dari berbagai negeri. Hal ini menyebabkan bertambahnya semangat az Zamakhsyari dalam menulis kitab tafsirnya.
Kitab ini terdiri dari empat jilid, dengan pembagiannya yaitu jilid pertama diawali surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat Al Maidah. Lalu jilid dua dimulai dari surat Al An’am sampai surat Al Anbiya’. Kemudian jilid yang ketiga meliputi surat-surat mulai dari surat Al Hajj sampai surat Al Hujurat. Sedangkan jilid yang terakhir berawal dari surat Qaaf sampai surat terakhir An Naas.

2.      Corak dan Metode Penafsiran
Sesuai dengan paham yang dianutnya, Tafsir al Kasysyaf disusun Az Zamakhsyari dengan bernafaskan I’tizali. Oleh karena itu tidak heran kalau dalam menafsirkan al Quran al Zamakhsyari cenderung mengandalkan rasio yang kemudian sering disebut dengan tafsir bi arra’yi. Penafsiran al Zamakhsyari ini juga berorientasi pada aspek balaghah. Dalam mengungkapkan makna-makna Al Quran, al Zamakhsyari biasa menggunakan kata-kata yang indah dan bahasa yang bernilai sastra tinggi, dan karena memang dia dikenal sebagai seorang ahli bahasa, maka dalam penafsirannya pun kaidah bahasa juga sangat diperhatikan.
Zamakhsyari merupakan mufassir yang sangat mementingkan kaidah kebahasaan dalam penafsirannya. Hal ini terlihat ketika beliau menafsirkan surat an-Nisa: 48. Ketika ayat yang membicarakan tentang kesyirikan ini diperdebatkan oleh sebagian ulama tafsir, tentang perbedaan apakah kedudukan dosa syirik sama dengan posisi kabair lainnya disisi Allah SWT. Pertama beliau mengutip perkataan Mahmud : “jika kamu berkata: Sudah menjadi ketetapan bahwa Allah Azza wa Jalla mengampuni kesyirikan bagi orang yang bertaubat”. Sedangkan Ahmad Rahimahullah berkata: “Ahlus sunnah meyakini, bahwa syirik tidak diampuni saja sedangkan apa selainnya dari dosa besar diampuni Allah bagi siapa yang ia kehendaki, dan dosa ini diampuni tanpa adanya taubat. Dan jika disertai taubat, maka baik itu dosa syirik maupun Kabair, maka keduanya diampuni”. Tapi inti penafsiran Zamakhsyari terhadap ayat ini, ialah komentarnya berikut ini: “ayat ini ditujukan kepada orang yang tidak bertaubat, dan sebagiaman yang engkau lihat tidak disebutkan perkara taubat disini. Dan oleh karena Allah memutlakkan tidak adanya pengampunan bagi kesyirikan, dan menetapkan pengampunan bagi dosa-dosa selain itu dengan syarat atas kehendak-Nya[2].
Meskipun Zamakhsyari mengungkapkan, bahwa ayat ini tidak ada kaitannya dengan taubat, tapi Zamakhsyari tetap memberikan sedikit pembahasan mengenai persoalan ini. Disamping kutipan perkataan Mahmud diatas, Zamakhsyari juga mengemukakan pendapat golongan Qadariyah. bahwa Qadariyah memandang adanya kesamaan antara syirik dan kabair dalam hal tidak adanya pengampunan bagi keduanya tanpa adanya taubat dan tidak juga kehendak Allah berlaku untuk mengampuni dosa keduanya[3]. Meskipun Zamakhsyari adalah seorang Muktazili, dan Muktazilah identik dengan Qadariyah, namun uniknya dalam hal ini Zamakhsyari tidak sepakat dengan pendapat kaum Muktazilah tersebut, bahwa pengampunan dinafikan dari perilaku syirik sesuai dengan bunyi ayat tersebut, sedangkan bagi dosa selain syirik (kabair,-red) tetap diampuni Allah bagi sesuai dengan kehendakNya. Tapi surat an-Nisa diatas dimaksudkan untuk membahas orang yang belum bertaubat[4]. Dari penafsirannya terhadap ayat ini bisa dilihat, bahwa Zamakhsyari tidak mau terlibat dalam perdebatan permasalahan yang sebenarnya tidak dibahas oleh ayat tersebut.
Dalam tafsirnya Zamakhsyari sering juga menggunakan ungkapan fa in Qulta, yang kemudian diiringi olehnya dengan ungkapan fa Qultu.
Sedangkan metode yang digunakan al Zamakhsyari adalah metode tahlili, yaitu meneliti makna kata-kata dan kalimat-kalimat dengan cermat.[5] Selain itu ia juga memperhatikan hubungan makna suatu ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lain, atau biasa disebut muhasabah. Oleh karena itu tidak heran bila susunan tafsir al Kasysyaf tersebut disusun sesuai dengan urutan surat-surat dalam mushaf Usmani.
Meskipun menggunakan metode Tahlili, namun untuk mencari tafsir dari ayat tertentu yang terletak ditengah-tengah surat yang panjang tetaplah membutuhkan ketelatenan. Hal ini tak lain karena dalam al-Kasysyaf Zamakhsyari tidak menyertakan nomor ayat, layaknya tafsir-tafsir yang datang belakangan seperti Tafsir Al-Manar, Tafsir al-Maraghi ataupun Shafwatu al-Tafasir.
Tafsir Al Kasysyaf terkenal karena keindahan bahasanya dan juga karena kepandaian Al Zamakhsyari dalam mengupas kemukjizatan Al Quran. Akan tetapi meskipun demikian, tentu saja kitab tafsir ini tak luput dari kritikan para tokoh tafsir yang lain. Di antara kritikan itu, Imam Busykual mengatakan bahwa tafsir tersebut susah dipahami karena di dalamnya banyak menggunakan syair-syair dan kata-kata yang sulit. Selain itu dikatakannya juga bahwa tafsir tersebut sering menyerang madzab lain. Sedangkan para pengkritik lainnya seperti Ignaz Goldziher, Musthofa al Sawi al Juwaini, Haidar Al Harawi, dan beberapa ulama lainnya mengatakan bahwa tafsir tersebut cenderung membela paham mu’tazilah.
KESIMPULAN
Nama lengkap Az Zamakhsyari adalah Abdul Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar Al Zamakhsyari, pengarang kitab tafsir Al Kasysyaf. Dia dilahirkan di Zamakhsyar, sebuah kota di Khawarizmi, pada hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H atau 18 Maret 1075 M, pada masa pemerintahan Sultan Jalaluddin Abi al Fath Maliksyah.
Setelah ayahnya wafat, ia kembali ke Zamakhsyar. Dia di sana kembali menuntut ilmu kepada seorang ulama terkemuka dari Khawarizm. Dengan bimbingan ulama terkemuka yang bernama Abu Mudar an Nahwi (w. 508 H) tersebut al Zamakhsyari dapat menguasai bahasa dan sastra Arab, logika, filsafat, dan ilmu kalam.
Ia wafat di Jurjaniyah pada tanggal 256-259 H atau 1132-1135 M. Dalam hidup, sebagian besar waktunya diabdikan untuk ilmu dan menyebarkan paham mu’tazilah.
Ia menyusun kitab ini berawal dari permintaan suatu kelompok mu’tazilah yang menamakan dirinya al Fiah al Najiah al ‘Adliyah yang meminta untuk disusunnya sebuah kitab tafsir, kitab tafsir ini kemudian mendapatkan banyak sambutan dari berbagai negeri.
Tafsir al Kasysyaf disusun Az Zamakhsyari dengan bernafaskan I’tizali. Oleh karena itu tidak heran kalau dalam menafsirkan al Quran al Zamakhsyari cenderung mengandalkan rasio yang kemudian sering disebut dengan tafsir bi arra’yi. Dalam mengungkapkan makna-makna Al Quran, al Zamakhsyari biasa menggunakan kata-kata yang indah dan bahasa yang bernilai sastra tinggi, dan karena memang dia dikenal sebagai seorang ahli bahasa, maka dalam penafsirannya pun kaidah bahasa juga sangat diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.  Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: TH Press. 2004
Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf.
http://suryaningsih.wordpress.com/2007/10/03/al-kasysyaf/

[1] Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.  Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: TH Press. 2004. hal 45
[2]Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf. Hal. 532
[3]Ibid Hal. 532
[4]Ibid Hal. 532
[5] Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.  Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: TH Press. 2004. hal 52

Review Film Maze Runner: The Scorch Trials

Ada yang baca daftar film tahun 2015 yang saya nantikan gak? Memang gak saya tulis di sini sih tapi di CPR, salah satunya adalah lanjutan film Maze Runner ini. Nah kemarin itu saya nonton juga film ini – yang memang baru minggu kemarin muncul. Satu kata untuk menggambarkan Review Film Maze Runner The Scorch Trials ini, yaitu MENGEJUTKAN!!! 
Eh tapi mengejutkannya bukan seperti jeleknya Film Fantastic Four yang masuk dalam daftar film itu, tapi lebih ke mengejutkan secara cerita dan adegan dalam film ini. Sebelum saya menjelaskan lebih detail dan akhirnya gak surprise lagi, seperti biasa ya… kita bicara hal-hal umumnya dulu dalam review film.

Plot Film Maze Runner The Scorch Trials

review film maze runner the scorch trials indonesia 

Setelah diselamatkan dari labirin yang dikelola oleh WCKD (dipimpin oleh dr. Ava Paige), Thomas dan teman-temannya: Minho, Teresa, Newt, Frypan dan Winston dibawa ke satu tempat aman yang dipimpin oleh Janson. Di sini, mereka diberikan tempat yang lebih layak – makanan enak dan tempat tidur yang empuk. Tentunya hal ini menyenangkan mereka, walau harus menjalani beberapa tes sebelumnya.
Ternyata mereka pun tidak sendiri, banyak orang lain yang berasal dari labirin-labirin lainnya dikumpulkan di sini, termasuk Aris, yang paling lama ada di tempat itu. Suatu malam, Aris mengajak Thomas untuk melihat kegiatan di tempat tersebut. Apakah memang Thomas dan kawan-kawan sudah benar-benar selamat dari intaian maut seperti di The Glades?

Pemain Film Maze Runner The Scorch Trials

Tentunya di film lanjutan ini, para pemain lama yang selamat dari The Glades kembali hadir. Thomas yang
review film maze runner the scorch trials indonesia

Thomas di dalam THE SCORCH TRIALS
diperankan oleh Dylan O’Brien, Minho (Ki Hong Lee), Teresa (Kaya Scodelario), Newt (Thomas Brodie-Sangster), Frypan (Dexter Darden) dan Winston (Alexander Flores). Dr Ava Paige yang di akhir film pertama ternyata tidak mati masih dimainkan oleh Patricia Clarkson.
Pemain baru dalam film Maze Runner ini adalah Jacob Lofland sebagai Aris dan Aidan Gillen sebagai Janson. Selain itu ada juga tokoh baru lainnya yang muncul kemudian seperti Brenda yang diperankan oleh Rosa Salazar, Jorge oleh Giancarlo Esposito. Film ini sendiri masih disutradarai oleh Wes Ball, sama seperti film pertamanya.

Review Film Maze Runner The Scorch Trials

Nah mari kita mulai review filmnya, seperti yang saya bilang di atas, satu kata yang bisa menggambarkan review film Maze Runner The Scorch Trials ini menurut saya adalah mengejutkan. Bukan karena mengejutkan karena ternyata dr Ava Paige masih hidup dan ternyata masih berlanjut berusaha menguasai anak-anak The Glades ini. Ya bukan itulah yang mengejutkannya karena memang sudah jelas di akhir film Maze Runner sebelumnya kan kalau dia masih hidup dan ada “sesuatu”.
review film maze runner the scorch trials indonesia 

Yang mengejutkan dalam film ini adalah adegan demi adegannya. Dikemas sedemikian rupa hingga membuat kami yang menonton bisa terkaget-kaget saat “sesuatu” muncul di depan kita. Setidaknya itu yang saya alami saat nonton film ini bersama dia, sampai dia sendiri bilang: “kasihan tanganmu jadi bahan remasan karena kaget.” Ya memang gitu sih, sepanjang film dia beberapa kali meremas tangan saya sampai kencang karena dia terkaget-kaget.
Film ini diawali dengan sebuah flashback soal Thomas kecil yang diserahkan oleh ibunya ke WCKD, lalu dibangunkan karena ternyata dia hanya mimpi dan harus segera masuk ke dalam tempat aman karena ada CRANK yang menyerang. Apa itu crank? Crank adalah orang – mirip zombie gitu deh – yang terkena virus Flair yang disebut oleh dr Ava di film pertama. Efek dari virus ini sangat menakutkan karena sampai membuat orang yang terkena itu gila bahkan sampai melubangi bola matanya sendiri. Di sepanjang film ini kita akan diajak banyak bertemu dengan Cranks ini.
Film yang diangkat dari novel ini masih berkisah tentang survival mode dari sekelompok anak muda sama seperti film terdahulunya karena ternyata tempat aman yang dibicarakan oleh Janson ternyata masih bagian dari proyek yang diciptakan oleh dr. Ava Paige. Sejak awal kita sudah bisa menebak hal ini, terutama sejak Aris tiba-tiba muncul di kamar Thomas dan kawan-kawan. Tapi ada apakah di balik tempat aman versi Janson ini, ada baiknya kalian nonton sendiri film ini ya.

review film maze runner the scorch trials indonesia


Paket dalam film ini sudah mulai semakin lengkap, seperti cerita percintaan juga sudah ada di sini. Selain itu, cerita tentang pengkhianatan pun ada, kehilangan teman baik ada juga di sini. Bahkan kisah sifat kemarukan seorang manusia pun bisa kita ambil dari film ini. Saya ingin saja menuliskan semuanya tapi nanti ujung-ujungnya bisa jadi spoiler banget. Kalau mau baca review film Maze Runner The Scorch Trials yang lebih lengkap bisa coba cek review dari Jagad Review atau review film versi CPR.
Ada satu adegan yang pengambilannya saya suka banget dalam film ini adalah saat dari kejauhan, rombongan mendengar suara tembakan dari Winston. Mereka berhenti melangkah di tengah gurun pasir yang luas. Berasa banget kehilangan yang dirasakan oleh tiap orang saat itu.
Yang bisa saya berikan untuk film ini adalah 4 dari 5 bintang, karena saya memang menikmati film ini banget. Maksud saya sebagai film kedua yang diangkat dari novel, film ini memang mengangkat cerita dari novel ini dengan pas – tidak terlalu bertele-tele dan juga tidak terlalu singkat. Jika film Maze Runner pertama kita seakan diperkenalkan, dalam film keduanya ini, kita sudah diajak mendalami masing-masing. Di film ini juga kita akan memahami kenapa Thomas menjadi tokoh utama dalam seri ini.
Rating film ini di IMDB adalah 7.2 dan di Rotten Tomatoes adalah 64%. Tapi lagi-lagi saya menemukan ada saja orang tua yang “melanggar” PG Rating dari film ini. Jujur sih agak bingung juga dengan yang seperti ini. PG Rating film ini adalah PG-13, please lihat umur anak sebelum mengajak mereka nonton film ini. Please please please. Be smart please. 
NB: Semua foto diambil dari Rottentomatoes.com